Sidoarjo, Radarnews9.com – Malam itu, halaman RT 34 Lingkungan Ngingas Barat, Kelurahan Krian, berubah menjadi lautan manusia. Lampu-lampu hias berwarna-warni menggantung di setiap sudut, bendera merah putih berkibar gagah, dan panggung sederhana berdiri kokoh dengan latar spanduk bertuliskan “Dirgahayu Republik Indonesia ke-80”.
Warga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, berkumpul dengan penuh antusias. Ada yang duduk rapi di kursi plastik, ada pula yang berdiri sambil bercengkerama, menanti suguhan seni yang telah dipersiapkan berhari-hari. Malam itu, Sabtu (30/08), bukan sekadar pesta hiburan—tetapi sebuah wujud nyata dari semangat persatuan dan cinta tanah air.
Satu per satu penampil naik ke panggung. Anak-anak SD dengan wajah polos namun percaya diri membawakan tarian tradisional, diiringi tepuk tangan meriah dari penonton. Disusul oleh para remaja yang menampilkan tari kreasi modern—gerakan energik berpadu dengan musik kekinian, membuat penonton bersorak riang.
Tak hanya itu, lantunan lagu-lagu perjuangan dan daerah ikut mewarnai malam. Meski sederhana, penampilan mereka menghadirkan kebanggaan tersendiri. Bagi warga, panggung ini bukan sekadar ajang hiburan, melainkan ruang ekspresi yang menumbuhkan keberanian generasi muda untuk tampil di depan publik.
Acara ini juga dihadiri tokoh penting. Sekretaris Kelurahan Krian, Beni Purwanto, hadir bersama Babinsa, Mashuri, serta Ketua RW Ngingas Barat, M. Mukti Abidin. Para Ketua RT, tokoh agama, dan masyarakat setempat ikut memberikan dukungan moral.
Kehadiran mereka memberi arti lebih dalam. Bahwa kebersamaan warga tak hanya lahir dari hiburan, tetapi juga dari kepedulian pemimpin yang hadir langsung di tengah masyarakat.
Kemeriahan mencapai puncaknya ketika musik orkes melayu mulai dimainkan. Irama dangdut mengalun, menggoda siapa saja untuk bergoyang mengikuti irama. Kehadiran Leni Twok JTV sebagai bintang tamu membuat suasana semakin pecah. Suaranya yang khas dan energinya di atas panggung berhasil menyihir penonton, hingga tak sedikit yang ikut berjoget di area terbuka.
Gelak tawa, tepuk tangan, dan sorak-sorai penonton berpadu, menciptakan malam penuh warna.
Ketua Panitia, Muklas, tak kuasa menyembunyikan rasa syukurnya. Dengan wajah sumringah, ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga yang telah bahu membahu demi terselenggaranya acara ini.
“Panitia HUT ke-80 telah berjuang bersama demi kelancaran acara ini. Harapan saya, warga tetap guyub rukun dan menjaga kebersamaan di kampung yang kita cintai,” ujarnya penuh haru.
Sementara itu, Ketua RW, M. Mukti Abidin, menekankan makna dari perayaan tersebut.
“Semoga kegiatan ini bisa memperkuat tali persaudaraan dan kebersamaan antarwarga RW 08 Krian. Tidak hanya hari ini, tapi juga untuk seterusnya,” katanya.
Sekretaris Kelurahan Krian, Beni Purwanto, juga memberi apresiasi tinggi. Menurutnya, kegiatan semacam ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial dan wadah bagi generasi muda untuk mengembangkan bakat.
“Kami sangat mendukung kegiatan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Harapannya, generasi muda semakin berprestasi dan tampil membanggakan,” tuturnya.
Menjelang akhir acara, suasana mendadak hening. Seluruh warga berdiri khidmat, menundukkan kepala dalam doa bersama. Lantunan doa dipanjatkan sebagai bentuk syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diwariskan para pahlawan.
Namun, setelah doa, riuh kembali membahana. Musik orkes melayu kembali dimainkan, mengiringi malam hingga larut, seolah enggan berakhir.
Pentas seni dan panggung hiburan di Ngingas Barat bukan hanya agenda tahunan dalam memperingati HUT RI. Lebih dari itu, kegiatan ini adalah perekat kebersamaan, ruang kebanggaan bagi generasi muda, serta simbol nyata semangat gotong royong warga.
Di tengah gempuran era modern, tradisi perayaan kampung seperti ini menjadi pengingat bahwa makna kemerdekaan adalah kebersamaan, persatuan, dan cinta pada tanah kelahiran. dan malam itu, di Ngingas Barat, semangat itu terasa nyata.